Berikut in adalah beberapa masalah yang sering terjadi ketika kita melakukan penangkaran Burung Finch :
1. Induk sering membuang anaknya
Masalah umum yang terjadi dalam penangkaran burung finch adalah induk sering membuang anak-anaknya. Hal ini biasanya terjadi karena beberapa hal, misalnya induk terlalu muda atau belum berpengalaman, kekurangan gizi (khususnya mineral kalsium / Ca), dan adanya gangguan terhadap mereka.
Untuk mengatasi masalah induk yang sering membuang anaknya tidak bisa dilakukan hanya dengan mengembalikan anak-anak yang dibuang ke dalam sarangnya. Sebab ada kemungkinan induk bakal membuangnya kembali.
Alternatifnya adalah menitipkan anakan tersebut kepada burung lain yang sedang merawat anak-anaknya. Atau, disapih sejak dini, dengan konsekuensi Anda atau perawat harus melakukan hand feeding sendiri.
Solusi lainnya adalah membuat sarang mereka menjadi lebih dalam, sehingga indukan tidak mudah membuang anak-anaknya.
2. Induk tidak segera mengerami telur-telurnya
Burung finch betina setelah bertelur memang tak langsung mengerami telur-telurnya. Sebagian besar burung kicauan baru mengerami telurnya setelah mengeluarkan 2-3 butir telur. Perilaku ini berbeda dari ayam, yang baru mengeram setelah mengeluarkan semua telurnya.
Beberapa jenis burung finch seperti pipit zebra (zebra finch) mulai mengerami telur setelah memiliki sedikitnya 3 butir telur. Sebagian lagi mulai mengeram pada hari kedua. Karena itulah, telur burung finch umumnya tidak menetas secara bersamaan.
Apabila lebih dari lima hari induk betina tidak juga mengerami telurnya, Anda mesti waspada, karena ini di luar kewajaran. Biasanya karena induk betina mengalami suasana yang tidak nyaman di dalam kandang.
Hal ini bisa disebabkan suasana kandang yang bising atau panas, tetapi bisa juga karena bahan sarang didatangi kutu dan tungau. Khusus kutu dan tungau yang menempel pada bahan sarang, habisi saja dengan FreshAves.
3. Indukan yang mengabaikan telur dan sarangnya
Selama menjalankan tugas pengeraman, induk betina sesekali akan meninggalkan sarangnya untuk makan, minum, dan mandi. Biasanya, induk betina akan melakukannya dalam waktu 15-30 menit.
Jika induk betina meninggalkan sarangnya hingga berjam-jam, maka patut diwaspadai ada gangguan di dalam sarang, termasuk keberadaan kutu dan tungau.
Apabila induk betina meninggalkan telur sampai 4 jam lebih, proses inkubasi bisa terhenti. Embrio yang hidup dan berkembang akhirnya mati, karena tidak memperoleh panas yang cukup. Panas ini diperolehnya dari tubuh induknya, yang ternyata pergi meninggalkannya dalam waktu sangat lama.
Hal penting lainnya adalah jangan terlalu sering mengganggu induk yang sedang mengerami telur-telurnya. Sebab burung akan merasa stres / tertekan, sehingga mereka memilih meninggalkan sarang dan mengabaikan telur-telur mereka.
Jika itu terjadi, jalan keluar yang bisa dilakukan adalah memindah telur ke dalam mesin tetas. Boleh juga dititipkan pada baby sitter atau burung babu yang kebetulan sedang mengerami telur-telurnya.
Sebaiknya kita harus bisa memberikan jaminan ketenangan dan keamanan bagi burung yang sedang mengerami telurnya, tanpa banyak terganggu oleh populasi suara, udara, atau gangguan dari hewan maupun manusia .
Itulah beberapa hal mendasar dalam penangkaran burung finch. Lain kali kita sambung secara lebih detail untuk setiap jenis burung finch, terutama yang sudah bisa dijumpai di Indonesia.
Semoga bermanfaat.